Catalyst Vol 4: Serunya Membuat Konten Digital


Sesi foto bersama Catalyst Vol 4!

Halooo! Kali ini aku akan kembali ceritain pengalaman aku mengikuti pelatihan. Bila akhir bulan lalu, aku mengikuti pelatihan Government Public Relations, kali ini aku baru saja selesai mengikuti pelatihan Catalyst Vol 4 dengan tema Embracing Digital & Social Media: How to Produce Engaging Content for Local NGOs and Communities yang diselenggarakan oleh Maverick. 


Pelatihan ini diselenggarakan Kamis, 26 November 2015 di Kantor Maverick, Jalan Kyai Maja 21 E, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Interior dan Eksterior kantornya benar-benar kece, sangat menunjang para staf Maverick untuk berpikir kreatif. Jaringan internetnya jangan ditanya, bukan main stabil dan cepat.  


Ada 51 peserta dari 34 LSM lokal dan komunitas yang mengikuti pelatihan ini. Beberapa yang aku ingat, antara lain: Gaya Nusantara, LBH Jakarta, KontraS, Malam Puisi, Koalisi Perempuan Indonesia, Yayasan AIDS Indonesia, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan, ELSAM dan ICT Watch. 


Sedikit tentang Catalyst dan Maverick. Catalyst merupakan program probono dari Maverick Indonesia untuk memberikan dukungan kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan komunitas lokal untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai pentingnya memiliki perencanaan strategis dalam platform digital dan media sosial, menyiapkan perencanaan editorial, dan menghasilkan konten yang menarik serta relevan, sehingga dapat memperoleh dukungan publik.


Dalam edisi Catalyst kali ini, LSM lokal dan komunitas diharapkan dapat memperoleh pemahaman mengenai pentingnya menyiapkan konten digital. Peserta akan mendapatkan materi mengenai cara membuat konten digital yang menarik, sehingga mampu meningkatkan dukungan publik terhadap isu yang diangkat. Catalyst volume 4 juga akan membahas mengenai jenis-jenis platform digital yang dapat digunakan, perbedaan dan fungsi masing-masing platform digital, memahami target audiens, langkah-langkah membuat konten digital yang menarik, mengembangkan tulisan kreatif, dan kurasi konten. Setelah itu, peserta akan dibimbing mengenai cara mempertahankan eksistensi digital yang telah dibangun. Pada akhir sesi, LSM lokal dan komunitas akan dibagi ke dalam kelompok untuk menyiapkan strategi dan konten digital, serta mempresentasikannya.

 

Sengaja kata probono aku tebalin, secara jarang-jarang ada perusahaan konsultan yang mau ngasih pelatihan gratis! Thank you, Maverick!  


Maverick sendiri merupakan perusahaan konsultan komunikasi dengan spesialisasi komunikasi perusahaan, manajemen isu dan krisis, serta marketing komunikasi. Saat masih kuliah, aku pernah bekerja paruh waktu di Maverick untuk program Smartest Taiwan Excellent. Ceritanya Taiwan Excellent waktu itu lagi bikin kuis online dengan 1000 pertanyaan serentak di 4 negara. Nah di Indonesia, Maverick yang ditunjuk untuk menyelenggarakan ini. 


Aku tiba di Maverick pukul 9 pagi lewat sedikit. Sampai di dalam kantornya, ternyata sudah banyak, peserta yang tiba. Padahal acara baru akan dibuka tepat pukul 10 pagi. Sungguh antusias yang luar biasa dari para peserta. 

aku dan teman2 sekelompok di Catalyst Vol 4

Tepat pukul 10 pagi, acara dibuka oleh Maverick. Peserta lalu diminta memperkenalkan diri masing-masing dalam 10 detik. Aku cukup kelabakan juga, karena bingung harus memilih informasi mana yang harus aku sampaikan, secara hanya dalam 10 detik. Akhirnya, aku memilih kata-kata yang kira-kira begini, 


"Halo perkenalkan, saya Elwi dari Komnas Perempuan. Pasti pada bingung kan kenapa kog laki-laki ada di Komnas Perempuan? Ini karena isu kekerasan terhadap perempuan bukan hanya isu perempuan saja, tetapi isu kita semua sebagai umat manusia"

Para pemateri Catalyst Vol 4


Lanjut ke acara inti, ada 2 pemateri yang akan berbagi ilmu, yakni kak Hanny Kusumawati alias kak @beradadisini dan Om Wicaksono atau yang lebih dikenal Om @ndorokakung. 

Materi pertama disampaikan oleh kak Hanny, tentang pentingnya konten. Konten tidak hanya harus kreatif dan bagus, tetapi juga harus tepat sasaran. Kak Hanny pakai istilah Contents that works. 


Setelahnya, Kak Hanny memaparkan kondisi media sosial di Indonesia. Menurut data terbaru dari wearesocial, per Januari 2015, ada 255,5 juta penduduk Indonesia dengan 72,7 juta aktif internet. Dari 72,7 yang aktif internet, 72 jutanya aktif di media sosial. Perangkat seluler di Indonesia ada 308,2 juta, ini lebih banyak dari jumlah penduduk di Indonesia. Dari 308,2 juta perangkat seluler, 99% prabayar, dan 1% pasca bayar. 34% dari total perangkat seluler sudah 3G dan 4G. 4 Besar social platforms di Indonesia secara berturut-turut adalah Facebook, Whatsapp, Twitter dan Facebook Mesengger. 



Kak Hanny menekankan pentingnya menentukan tujuan sebelum sebuah institusi menggunakan media sosial. Secara garis besar, ada 4 hal yang menjadi tujuan LSM lokal dan komunitas saat memutuskan terjun ke media sosial:
1. Meningkatkan awarness

2. Mengubah Persepsi

3. Mengubah Perilaku

4. Meningkatkan penjualan/fundraising. 


Materi kedua dari Om Wicaksono. Om Wicaksono lebih banyak kasih liat poster-poster yang tidak banyak kata-kata, tetapi mampu menyentuh perasaaan. Ada satu pertanyaan dari peserta kepada Om Wicaksono, bagaimana membuat konten kreatif. Om Wicaksono lalu menjawab konten kreatif diciptakan oleh orang-orang yang sering piknik. Piknik di sini tidak hanya berarti jalan-jalan ke tempat yang tidak biasa, tetapi juga dalam artian harus sering-sering membaca, dan melihat referensi. Ini semacam Piknik Intelektualitas. 


Damn! Bener banget tuh. Gimana mau kreatif kalau enggak pernah baca dan cari referensi. Nanti jadinya malah katrok.  


Di akhir sesi, kami dibagi ke dalam kelompok dan diminta untuk membuat konten digital yang menarik. Aku sekelompok dengan teman dari Gaya Nusantara, Yayasa Aids Indonesia dan Koalisi Perempuan Indonesia untuk Demokrasi. Kami diminta untuk bikin konten digital dengan tema gender dalam 20 menit, dan ini dia hasilnyaaa:

 
Aku bisa, kamu?

Idenya sederhana bahwa semua bisa mengerjakan semua. Laki-laki bisa juga mengerjakan pekerjaan domestik, dan perempuan bisa mengerjakan pekerjaan publik. Dapurnya Maverick jadi agak berantakan setelah kami pake untuk bikin konten digital ini. 


Keren dah pelatihan ini, semoga inisiatif Maverick bikin pelatihan probono kaya gini, diikuti juga sama perusahaan konsultan lainnya, biar makin banyak yang ngerti memanfaatkan revolusi digital yang sudah di depan mata ini! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Eddie Lembong, Penggagas Penyerbukan Silang Budaya Meninggal Dunia

Sejarah Pedasnya Cabai di Indonesia

Begini Rasanya Bekerja di Komnas Perempuan